Oleh : Asep Koswara
(Direktur Kajian dan Politik The Sultan Center )
Pemilu kepala daerah tinggal beberapa bulan lagi, rakyat dibingungkan dengan isu dan photo calon walikota yang mulai menghiasi fasilitas umum terutama dipinggiran kota. Lantas masyarakat bertanya-tanya itu photo siapa, anaknya siapa, kuliahnya di mana, dan apa peran yang telah dilakukan dalam mengangkat martabat rakyat?.
Fenomana diatas paling tidak menarik untuk dicermati sehingga muncul pertantanyaan, apakah dengan menebar photo dan baliho di perkampungan akan menuai hasil yang diharapkan? Terlebih photo dan baliho tersebut dikemukakan selogan yang cukup “fantastis” yang seakan-akan dengan menjadi walikota satu-satunya cara untuk memperjuangkan nasib rakyat.
Jika saja niatan berjuang untuk merubah nasib rakyat itu di munculkan sejak dahulu? mungkin masyarakat tidak akan terlalu banyak bertanya-tanya. Tapi hemat penulis fenomena ini tak masalah dan dipandang normal, mungkin ini ciri berjuang pada era modern? Sebagaimana pemikirannya Georg Simmel, " bahwa Modernitas memberi keuntungan pada umat manusia.
Dalam konteks ini Modernitas diartikan sebagai tanda kekuatan instrinsik manusia yang sebelumnya tidak diwujudkan. Oleh karenanya kandidat walikota yang maju pada pemilukada akan berjuang untuk mengukur kekuatan dirinya dan melihat sampai sejauhmana dukungan masyarakat terhadapnya. Weber berpandangan bahwa modernitas tidak dapat lepas dari rasionalitas formal, Artinya jika saja seseorang (kandidat red) telah mengorbankan tenaga, fikiran, harta dan kekayaan tentu telah terbayangkan secara terukur menurut perhitungan rasionalitasnya jika setelah tujuannya tercapai maka akan memperoleh modal simbolik (yakni: prestise, dan jabatan) yang memiliki gengsi setinggi sekian, dan memiliki harta sejumlah sekian. Inilah rasionalitas formal yang dimaksud.
Kalkulasi perhitungan seperti ini masyarakat awam pasti mengerti, meskipun mereka tidak mampu menghitungnya. Namun saat ini masyarakat bingung memilih kandidat walikota cilegon kedepan yang benar-benar ikhlas memperjuangkan nasibnya.
Pentingnya pemimpin
Dalam ajaran Islam aspek kepemimpinan memiliki kedudukan yang penting, karena maju dan mundurnya suatu daerah (daulah) ditentukan oleh pemimpinnya. Pemimpin yang mendesain masa depan dan pemimpin pula yang menggerakan masyarakatnya untuk menggapai suatu cita-cita yang telah disepakati. Tentunya bukan hanya berlaku pada level politik, Namun menyeluruh dalam berbagai level kehidupan.
Peradaban Islam menggoreskan bahwa pada saat Nabi Muhammad wafat, langkah pertama yang ditempuh ummat Islam waktu itu adalah menentukan siapa pengganti Nabi. Maka tak heran jika dalam tradisi politik Sunni Ada dalil yang radikal yakni "Memilih pemimpin yang zalim lebih baik dari pada satu hari tidak ada pemimpin”. Tentu saja dalil ini mengisyaratkan betapa sentral kedudukan pemimpin dalam keberlangsungan hidup umat manusia.
Dengan demikian pemilukada yang akan digelar di Cilegon merupakan sarana rekrutmen calon-calon pemimpin masa depan, seyogyanya sebagai warga masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang cerdas yang mampu membawa masyarakatnya kearah kemajuan, mandiri demoktaris dan berkeadilan. Tentu saja pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin yang menjadi aset daerah bukan sebaliknya menjadi beban daerah
Kriteria Pemimpin
Cilegon kedepan akan dihadapkan pada agenda besar yakni melanjutkan pembangunan, penataan pemerintahan yang bersih dan penguatan demokratisasi. Dengan demikian pemimpin yang diperlukan adalah pemimpin yang sama sekali tidak berbenturan dengan nilai-nilai modern. Artinya pemimpin Cilegon kedepan harus memiliki sifat kepemimpinan universal yang bermuara pada suatu nilai, yakni seorang pemimpin mampu memberi motivasi dan manfaat terhadap masyarakat yang dipimpinnya.
Dengan modal kapasitas intelektualnya pemimpin seperti ini mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan praktek praktek organisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan. Menurut Bryman, tipe pemimpin seperti ini akan mampu memahami pentingnya perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari nilai-nilai diatas pemimipin masa depan setidaknya memiliki dua sifat ideal. Pertama, seorang pemimpin harus dipilih dari yang aslah (dalam arti sederhananya lulus uji kelayakan dan kepatutan) tentu saja ia sebagai orang yang terbaik dalam berbagai hal di antara kandidat yang ada. Paling tinggi imannya, paling baik moralnya, paling mulya akhlaknya, paling mumpuni ilmu pengetahuannya, dan paling luas wawasannya dalam mengatasi masalah-masalah hidup, serta yang paling penting terampil memanage wilayah yang dipimpinnya.
Kedua, Jika saja kriteria diatas tidak diperoleh di antara kandidat yang ada, maka pilihlah kriteria yang di bawahnya, dan apabila hal tersebut juga tidak bisa diperoleh, pilihlah kandidat yang memiliki kekuatan jasmani dan rohani, yang cerdas dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Tentua ia harus yang dapat dipercaya, jujur, tulus dalam melaksanakan tugas yang diembannya.
Rasulullah saw.,bersabda "Barang siapa yang mengangkat seseorang untuk mengurusi perkara kaum muslimin, lalu mengangkat orang tersebut, sedangkan dia mendapatkan orang yang lebih baik dan lebih layak serta lebih sesuai dari orang yang telah diangkatnya maka dia telah berkhianat terhadap Allah dan Rasul-Nya." (Al-Hadis)
Merujuk pada Hadis ini tentunya masyarakat Cilegon tidak boleh sembarangan dalam memilih pemimpin. Apabila salah dalam memilih orang, berarti dosa bagi diri kita, dan berakibat berdosa pada masyarakat manakala pemimpin tersebut hanya mementingkan diri sendiri dan merugikan
Dengan demikian, tidaklah berlebihan jika penulis memberikan masukan pada para kandidat yang akan maju pada pemilukada 2010 untuk menyebutkan lulusan mana, prestasi apa, sering ke mesjid mana, kalu perlu tuliskan di photo atau di baliho yang terpampang pinggir jalan. Karena menyebarkan riwayat hidup dalam kampanye politik jauh lebih penting daripada mencantumkan janji –janji manis.
Bagi masyarakat pemilih waspadalah, jangan-jangan yang akan kita pilih adalah seorang "preman" yang suka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Dan jika terpilih akan menjual aset-aset daerah untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Waspadalah...(tulisan ini terbit di Baraya Post Edisi Selasa 15/12/2009)
1 comment:
dengan terpilihnya pemimpin baru di cilegonm"incumbent"..jd pertanyaa besar...apakah kemiskinan akan berkurang?
Post a Comment